Beranda | Berita Utama | White Crime | Lingkungan | EkBis | Cyber Crime | Peradilan | Pidana | Perdata | Politik | Legislatif | Eksekutif | Selebriti | Pemilu | Nusantara | Internasional | ResKrim | Gaya Hidup | Opini Hukum | Profil | Editorial | Index

Legislatif    
 
PPATK
Banyak Analisa PPATK Tak Dilanjuti Apgakum
2016-02-15 15:09:48

Ilustrasi. Gedung DPR RI, Senayan Jakarta.(Foto: BH/mnd)
JAKARTA, Berita HUKUM - Anggota Komisi III DPR RI, Asrul Sani mempertanyakan penjelasan Ketua PPATK (Pusat Pelaporan dan analisi transaksi keuangan), M. Yusuf Ali yang mengatakan bahwa ada laporan maupun hasil analisa PPATK yang disampaikan ke apgakum (aparat penegak hukum) namun tidak dilanjuti dengan alasan setelah diselidiki bahkan disidik tidak memenuhi unsur-unsurnya.

"Tadi Ketua PPATK menjelaskan bahwa ada laporan maupun hasil analisa PPATK yang disampaikan ke apgakum (aparat penegak hokum-red) yang tidak dilanjuti karena setelah disidik kemudian tidak memenuhi unsur-unsurnya. Tentu kita bisa melihat persoalan ini dengan dua sisi, khusnuzan (berbaik sangka-red), dan Suuzhan (berburuk sangka-red).

Jika memang sungguh-sungguh telah dilanjutkan penyelidikan bahkan mengarah penyidikan lebih lanjut tidak dilanjutkan karena memang tidak memenuhi unsur-unsurnya, atau memang karena kasusnya menyangkut orang kuat tertentu apgakum nya menganggap tidak memenuhi unsur-unsur atau bukti-bukti yang cukup sehingga tidak dilanjutkan," papar Asrul dalam rapat kerja Komisi III DPR dengan PPATK, Kamis (11/2) lalu di ruang rapat Komisi III, Senayan Jakarta.

Politisi Fraksi PPP ini kemudian mempertanyakan apakah selama ini laporan maupun hasil analisa berhenti begitu saja, atau ada sebuah mekanisme. Jika mekanisme tersebut belum diatur dalam Undang-Undang yang memperkuat posisi PPATK ;memaksa' untuk melanjutkan laporan tersebut, maka kira-kira perundang-undangan apa yang diperlukan agar hasil analisa PPATK tidak dibuang begitu saja, dan terkesan seperti kerja yang sia-sia.

:Walaupun prolegnas sudah terbentuk, tapi masih ada perubahan prolegnas yang memungkinkan untuk memasukan revisi UU terkait kewenangan PPATK," ungkap Asrul.

Menanggapi hal itu, Ketua PPATK, M Yusuf Ali mengatakan bahwa pihaknya sudah mengeluhkan kepada Menkumham kenapa UU terkait kewenangan PPATK tidak dimasukkan dalam Program Legislasi nasional (Prolegnas). Namun ketika itu Menkumham juga tidak mengetahuinya.

"Saat bertemu Menkumham di Istana, kami juga sudah mengeluhkan kenapa UU untuk memperkuat kewenangan PPATK tidak dimasukkan dalam prolegnas, namun beliau menjawab tidak tahu. Namun disini yang mengatakan bahwa UU ini perlu, karena masih ada kepala daerah yang memiliki transaksi gila-gilaan tapi tidak dapat terdeteksi," ujar Yusuf.

Dalam laporannya yang dibacakan di rapat kerja dengan Komisi III, M Yusuf Ali mengatakan bahwa hingga Desember 2015, PPATK mengatakan dari 2512 hasil analisa dan informasi yang dimiliki PPATK, hanya 930 tindak lanjut yang diterima PPATK.(Ayu/dpr/bh/sya)


 
Berita Terkait PPATK
 
PPATK Diharapkan Tingkatkan Sinergi dengan Polri Berantas Mafia Judi
 
PPATK Luncurkan Aplikasi Pelaporan 'goAML', Upaya Pencegahan TPPU dan TPPT
 
Panglima TNI Terima Audiensi Kepala PPATK
 
Banyak Analisa PPATK Tak Dilanjuti Apgakum
 
PPATK Minta KPU & Bawaslu Serahkan Nomor Rekening
 
Untitled Document

 Beranda | Berita Utama | White Crime | Lingkungan | EkBis | Cyber Crime | Peradilan | Pidana | Perdata | Pledoi | Politik | Legislatif | Eksekutif | Selebriti | Pemilu | Nusantara | Internasional | ResKrim | Gaya Hidup | Opini Hukum | Profil | Editorial | Index


  Berita Terkini >>
 
Polri dan KKP Gagalkan Penyelundupan Benih Bening Lobster Senilai 19,2 Miliar di Bogor
Oknum Notaris Dilaporkan ke Bareskrim Polri atas Dugaan Penggelapan Dokumen Klien
Kuasa Hukum Mohindar H.B Jelaskan Legal Standing Kepemilikan Merek Polo by Ralph Lauren
Dewan Pers Kritik Draf RUU Penyiaran: Memberangus Pers dan Tumpang Tindih
Polisi Tetapkan 4 Tersangka Kasus Senior STIP Jakarta Aniaya Junior hingga Meninggal
Mengapa Dulu Saya Bela Jokowi Lalu Mengkritisi?
Untitled Document

  Berita Utama >
   
Polri dan KKP Gagalkan Penyelundupan Benih Bening Lobster Senilai 19,2 Miliar di Bogor
Mengapa Dulu Saya Bela Jokowi Lalu Mengkritisi?
Mudik Lebaran 2024, Korlantas: 429 Orang Meninggal Akibat Kecelakaan
Kapan Idul Fitri 2024? Muhammadiyah Tetapkan 1 Syawal 10 April, Ini Versi NU dan Pemerintah
Refly Harun: 6 Ahli yang Disodorkan Pihak Terkait di MK Rontok Semua
PKB soal AHY Sebut Hancur di Koalisi Anies: Salah Analisa, Kaget Masuk Kabinet
Untitled Document

Beranda | Tentang Kami | Hubungi | Redaksi | Partners | Info Iklan | Disclaimer

Copyright2011 @ BeritaHUKUM.com
[ View Desktop Version ]