Beranda | Berita Utama | White Crime | Lingkungan | EkBis | Cyber Crime | Peradilan | Pidana | Perdata | Politik | Legislatif | Eksekutif | Selebriti | Pemilu | Nusantara | Internasional | ResKrim | Gaya Hidup | Opini Hukum | Profil | Editorial | Index

Eksekutif    
 
GAS - Gerakan Anti SBY
Tritura Jilid II
Wednesday 23 May 2012 20:19:30

Ilustrasi, Demo Gerakan Anti SBY (GAS). (Foto: seruu)
JAKARTA (BeritaHUKUM.com) - Gerakan Anti Susilo Bambang Yudhoyono (GAS) menyerukan Tritura (tiga tuntutan rakyat Indonesia) jilid II untuk perubahan Indonesia yang lebih baik.

Menurut Koordinator GAS, Yosef Sampurna Nggarang, situasi hari ini sama dengan keadaan pada 1965 lalu. Di mana kaum pergerakan dan mahasiswa menggelorakan Tritura untuk membuat perubahan di Indonesia.

"Kalau mau perubahan mari menggelorakan Trikora jilid 2 ini. Pertama, menurunkan harga pokok. Kedua, turunkan SBY-Budiono dan rezimnya yang korup. Ketiga, cabut semua Undang-Undang yang menyengsarakan rakyat dan bertentangan dengan UUD 1945," jelas Yosef di depan Gedung DPR RI, Jakarta, Rabu (23/5).

Diakuinya, kondisi keamanan, hukum, dan ekonomi semakin memburuk, sehingga masyarakat semakin hilang harapan dan tidak bisa mengadu ke mana pun. "Negara ini sudah hilang kepemimpinan dan keteladanan. Jadi lembaga negara yang semestinya bekerja kini sudah tidak lagi bekerja," terangnya.

Semua harapan kini dinyatakannya telah hilang. Presiden sebagai pemimpin pemerintah, sibuk dalam pencitraan dan mengumpulkan kekayaan. Begitu juga DPR, sibuk membuat Undang-undang yang menguntungkan para pengusaha, sedangkan mayoritas masyarakat Indonesia hidup sengsara.

"Perubahan yang diinginkan bahwa politik, ekonomi, dan sosial harus dikembalikan seperti keadaan semula. Presiden harus turun, karena bangsa ini sudah kehilangan kepemimpinannya. Mau belajar kepada siapa lagi kita tentang kearifan," tegasnya.

Dalam menyampaikan durasi penyampaian pesan-pesan GAS, Yosef menyatakan, "sampai ada perubahan, tanggal 28 Mei kita akan turun lagi, akan membawa massa lebih besar karena melibatkan buruh.” simpulnya.

SBY ditambahkannya sudah harga mati untuk diganti dengan presiden sementara. Yaitu presidensial yang bisa menata ekonomi, menyediakan pangan, dan mengatur pemilu yang bersih. GAS, dilanjutkannya, tidak akan mundur sampai ada perubahan. "Sampai ada perubahan, tanggal 28 Mei kita akan turun lagi akan membawa massa lebih besar karena melibatkan buruh," tutupnya.(bhc/frd/rat)


 
Berita Terkait GAS - Gerakan Anti SBY
 
Tritura Jilid II
 
Untitled Document

 Beranda | Berita Utama | White Crime | Lingkungan | EkBis | Cyber Crime | Peradilan | Pidana | Perdata | Pledoi | Politik | Legislatif | Eksekutif | Selebriti | Pemilu | Nusantara | Internasional | ResKrim | Gaya Hidup | Opini Hukum | Profil | Editorial | Index


  Berita Terkini >>
 
Mengapa Dulu Saya Bela Jokowi Lalu Mengkritisi?
5 Oknum Anggota Polri Ditangkap di Depok, Diduga Konsumsi Sabu
Mardani: Hak Angket Pemilu 2024 Bakal Bikin Rezim Tak Bisa Tidur
Hasto Ungkap Pertimbangan PDIP untuk Ajukan Hak Angket
Beredar 'Bocoran' Putusan Pilpres di Medsos, MK: Bukan dari Kami
Pengemudi Mobil Plat TNI Palsu Cekcok dengan Pengendara Lain Jadi Tersangka Pasal 263 KUHP
Untitled Document

  Berita Utama >
   
Mengapa Dulu Saya Bela Jokowi Lalu Mengkritisi?
Mudik Lebaran 2024, Korlantas: 429 Orang Meninggal Akibat Kecelakaan
Kapan Idul Fitri 2024? Muhammadiyah Tetapkan 1 Syawal 10 April, Ini Versi NU dan Pemerintah
Refly Harun: 6 Ahli yang Disodorkan Pihak Terkait di MK Rontok Semua
PKB soal AHY Sebut Hancur di Koalisi Anies: Salah Analisa, Kaget Masuk Kabinet
Sampaikan Suara yang Tak Sanggup Disuarakan, Luluk Hamidah Dukung Hak Angket Pemilu
Untitled Document

Beranda | Tentang Kami | Hubungi | Redaksi | Partners | Info Iklan | Disclaimer

Copyright2011 @ BeritaHUKUM.com
[ View Desktop Version ]