Oleh: M Soelaeman
ASSALAMUALAIKUM WrWb,
Saudaraku,
Jakarta adalah ibukota Republik Indonesia
Dan setiap ibukota manapun di dunia
adalah Lambang Harga Diri bangsanya
Jakarta
adalah lambang Harga Diri bangsa Indonesia
Harga Diri 250juta orang Indonesia
Harga Diri 210juta umat Islam Indonesia.
Jakarta
adalah barometer Persatuan dan Kesatuan Indonesia
barometer Kerukunan antar Ummat berAgama
barometer Keluhuran Budi Indonesia
Barometer Keluhuran Budaya Indonesia
barometer Keberagaman Indonesia.
Artinya, Gubernur DKI Jakarta mutlak haruslah seorang Pemersatu Bangsa, berAdabkan Agama, berBudi Luhur, berBudaya Luhur dan penjamin kebeRagaman bangsa.
Isi hati nurani anda yang paling dalam, sama dengan saya, kader-kader anda dan seluruh rakyat Indonesia, yang mengatakan bahwa :
Pak Ahok, sama sekali bukan figur yang seperti itu.
Oleh karena itu :
Pantaskah seorang raja media massa putra Serambi Mekah "bertekuk lutut" untuk memilih seorang calon non muslim penghina dan penista Islam, yg berarti meRetakkan kerukunan ummat beragama dan pemecah belah persatuan bangsa?
Pantaskah seorang purnawirawan jendral, panglima perang bangsa ini "bertekuk lutut" untuk memilih seorang calon yg arogan sumpah serapah yg tidak jelas akar budayanya?
Pantaskah seorang pemimpin partai terbesar "bertekuk lutut" untuk memilih seorang calon yang sangat diragukan loyalitasnya kepada partai, apalagi kepada bangsa dan negara Indonesia?
Sangat memilukan dan memalukan, seorang mantan presiden. anak pahlawan kemerdekaan, mengantar, bahkan memaksa memakaikan jaket merah kpd pak Ahok yg sama sekali bukan kader partainya, serta tidak jelas latar belakang sejarah perjuangannya.
Saudaraku,
Partai politik bisa berdiri hanya karena ada rakyat.
Tanpa Rakyat,
semua pengurus Parpol hanyalah fosil fosil yang bergentayangan
Tanpa rakyat,
Parpol-parpol yang didirikan
hanyalah keranda-keranda lapuk dan berkarat
Semua Partai Politik,
hakikatnya adalah milik rakyat.
Bukan milik golongan,
Bukan milik para pendiri,
Apalagi pribadi-pribadi.
Anda semua,
sesungguhnya pemegang amanah, untuk mendengar suara hati nurani, memenuhi keinginan dan kebutuhan rakyat, serta mengatasi permasalahan rakyat.
Saudaraku,
Sangatlah indah, apabila sebelum menetapkan pak Ahok
Anda dengar suara hati nurani rakyat,
anda ingat cita-cita perjuangan para pahlawan tak dikenal yang mati muda, yang tulang belulangnya berserakan di seluruh penjuru tanah air.
anda ingat cita-cita seluruh pendiri bangsa ini
anda ingat arwah para Pejuang Betawi
anda ingat arwah ibu yang mengandung, melahirkan dan membesarkan anda
Paling tidak, anda dengar hati nurani dan harga diri anak dan istri.
Mencalonkan seorang pemimpin
hanya untuk kepentingan sesaat,
demi kekuasaan dan masalah-masalah duniawi
dan / atau, hanya karena tampak pak Ahok punya rating survey tertinggi,
sangatlah naif saudaraku.
Itu bukanlah perilaku pejuang sejati
tetapi perilaku pendompleng sejati
yang mencoreng arang di kening, ke arah manapun anda pergi.
Itu, sebuah Pencederaan terhadap sistem pendidikan politik bagi Generasi Muda Penerus Perjuangan Bangsa
dan Pelecehan terhadap Harga Diri Bangsa
Ibarat menebar Angin, kelak anda hanya akan menuai Badai
Pak Ahok, kalah atau menang
anda akan tetap sebagai pendompleng
anda akan tetap sebagai pecundang
Saudaraku,
Kita lahir dari rahim Islam
Kita disunat karena ajaran Islam
Kita menikah karena ajaran Islam
Kita melahirkan anak-anak kita karena ajaran Islam
Kita mencari rizki karena ajaran Islam
50 tahun lebih dalam KTP yg selalu kita bawa, tertulis Agama Islam
Bahkan untuk Jabatan apapun, kita disumpah secara Islam
Akan seperti apa jadinya bentuk kehidupan anda, TANPA Islam?
Dan kini,
ketika Islam dihina, dinista oleh orang pilihan anda,
dan seluruh ummat Islam di dunia merasakan kehinaan yang nyata,
bukankah ini berarti, menghina dan menista diri pribadi anda juga?
Saudaraku,
yakinlah kepada saya,
sekali ini saja,
bahwa mungkin,
Penghinaan dan Penistaan Islam oleh orang Pilihan anda,
adalah sebuah Pertanda dari Yang Maha Kuasa
bahwa orang pilihan anda,
akan mendatangkan bencana bagi bangsa kita.
Kita harus selalu Eling dan Waspada.
Saudaraku,
pada hakikatnya kita hanya punya satu pilihan, yaitu :
Kembali kepada Gusti Allah,
karena kita hanya akan kembali kepadaNya.
Tidak akan mungkin menata masa depan kehidupan bangsa, sambil memalingkan muka dari Gusti Allah.
Tidak ada kata terlambat.
Pastikan Partai-partai anda, selalu berada di jalan Gusti Allah.
Saudaraku,
kata kata ini saya tulis pada puncak malam yang sunyi,
dan detak jam di dinding berhenti,
semogalah jadi bahan renungan yang punya arti...
Terimakasih,
Wassalamu'alaikum wrwb.(st/bh/sya)
Penulis adalah Ketua 1 Asosiasi Masjid Kampus Indonesia |