Beranda | Berita Utama | White Crime | Lingkungan | EkBis | Cyber Crime | Peradilan | Pidana | Perdata | Politik | Legislatif | Eksekutif | Selebriti | Pemilu | Nusantara | Internasional | ResKrim | Gaya Hidup | Opini Hukum | Profil | Editorial | Index

Nusantara    
 
Islam
Islam Harus Menjadi Solusi di Tengah Masalah Pandemi
2020-07-27 06:39:33

JAKARTA, Berita HUKUM - Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah Haedar Nashir dalam pidato iftitah Tanwir Muhammadiyah yang digelar pada Ahad (19/7) menyatakan bahwa Islam sebagai agama rahmatan lil’alamin harus menjadi agama yang memberi solusi di tengah umat manusia.

Di tengah musibah yang besar ini, Persyarikatan Muhammadiyah memang tertantang untuk membuktikan bagaimana menghadirkan pemahaman keislaman yang selaras dengan sains dan kemanusiaan, sehingga agama mampu menjadi pemecah masalah kehidupan.

"Sikap, pandangan, dan juga langkah Muhammadiyah dan secara keagamaan kita telah memperoleh putusan diniyah dari Majelis Tarjih dan Tajdid, dan dari aspek ilmu pengetahuan, kita mendapat dukungan dari para ahli epidemologi yang menjadi sumber dari langkah MCCC yang telah kita bentuk, semua menunjukkan bahwa kita Muhammadiyah sebagai gerakan Islam harus bisa mewujudkan dan menampilkan Islam sebagai solusi di tengah krisis saat ini," terang Haedar.

Menurut Haedar, aspek ihtimam bil-basyariah atau peduli terhadap nilai-nilai kemanusiaan merupakan salah satu prinsip utama dalam alam pikiran keagamaan Muhammadiyah. Alam pikiran tersebut terinspirasi dari petikan QS. Al Maidah ayat 32 yang dengan tegas menyebutkan bahwa menghilangkan satu nyawa manusia sebanding dengan membunuh seluruh manusia. Artinya, kata Haedar, menyelamatkan satu nyawa manusia sama dengan menyelamatkan seluruh manusia.

"Nilai-nilai Islam ini perlu kita hadirkan di tengah umat manusia yang memerlukan orientasi nilai kemanusian yang bersifat profetik, yakni lahir dari nilai-nilai ilahiah. Bagaimana agama bisa menjadi jalan keluar terhadap kepentingan kemanusiaan, ketika mereka yang selama ini mengklaim sebagai pelopor dalam humanisme yang bersifat sekular, justru merasa berada di garis terdepan. Di saat seperti ini, justru Muhammadiyah dengan teguh dan konsisten lewat berbagai macam usaha dan kebijakannya, bergerak untuk memberi solusi di tengah pandemi Covid-19," tutur Haedar.

Dalam derap sejarah, Muhammadiyah telah menjadi gerakan sosial kemanusiaan yang melampaui suku, negara, warna kulit, dan keturunan. Menurut Haedar, formulasi pemikiran Muhammadiyah yang berpihak pada nilai-nilai kemanusiaan telah jauh termaktub dalam Muqaddimah Anggaran Dasar tahun 1946.

"Konteks nilai kemanusiaan itu bahkan dalam bentuk formulasi pemikiran resmi Muhammadiyah juga telah diletakkan jauh sebelum ini. Dalam Muqaddimah Anggaran Dasar tahun 1946 pada poin kedua dinyatakan secara tegas bahwa hidup manusia itu bermasyarakat. Dan di poin keempat juga ditegaskan berjuang dan menjungjung tinggi agama Islam sehingga terwujud masyarakat Islam yang sebenar-benarnya merupakan kewajiban ibadah kepada Allah dan berbuat ihsan sesama umat manusia," terang Haedar.

Poin kedua dan keempat dalam khadimah anggaran dasar tahun 1946 tersebut bagi Haedar telah menunjukkan bahwa kepedulian Muhammadiyah terhadap kemanusiaan bukanlah sesuatu yang ahistoris. Bila ditinjau dari aspek sejarah Muhammadiyah, Ahmad Dahlan bukanlah seorang yang konservatif dalam beragama. Beliau adalah manusia progesif yang memihak kepada rakyat kecil.

"Dalam pernyataan pikiran Muhammadiyah abad kedua tentang orientasi kemanusiaan universal, dinyatakan juga secara tegas bahwa Muhammadiyah mengembangkan wawasan Islam, bahwa secara moral mengimplementasikan dan mengaplikasikan rasa solidaritas kemanusiaan semesta merupakan tanggungjawab Muhammadiyah kepada sesama umat manusia tanpa memandang dan pemisahan jarak yang bersifat primordial atau konvensional," kata Haedar.

Selain itu, Haedar mengutip Risalah Pencerahan hasil Tanwir di Bengkulu tahun 2019 pada poin pertama secara tegas dinyatakan bahwa beragama yang mencerahkan adalah mengembangkan pandangan, sikap, dan praktek keagamaan yang berwatak tengahan, membangun perdamaian, menghargai kemajemukan, menghormati harkat dan martabat kemanusiaan laki-laki maupun perempuan, menjunjung tinggi keadaban mulia, dan memajukan kehidupan umat manusia. Beragama yang mencerahkan, lanjut Haedar, diwujudkan dalam sikap yang amanah, adil, ihsan dan kasih sayang terhadap seluruh umat manusia tanpa diskriminasi sebagai aktualisasi nilai dan misi Islam rahmat bagi segenap alam.

"Betapa kita tidak menunjukkan orientasi kemanusiaan ketika kita abai dengan apa yang terjadi di sekitar kita. Jumlah mereka yang menjadi korban terkena positif Covid-19, bahkan ada yang meninggal, tidak bisa semata-mata diukur dari statistik atau perbandingan angka dibanding dengan kematian yang lain," ujar Haedar.

Bagi Haedar, perang melawan Covid-19 adalah arena perjuangan kemanusiaan, bukan arena politik maupun ekonomi. Mengamalkan nilai kemanusiaan merupakan wujud insan yang bermanfaat bagi banyak orang. Sebagaimana hadist Nabi, "Khairunnas anfa'uhum linnas", sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi manusia lain.

"Betapa para dokter, tenaga kesehatan, dan mereka yang ada di rumah sakit setiap harinya mereka menghadapi saudara-saudara kita yang terkena positif dengan resiko tertular, bahkan juga ada tenaga kesehatan yang meninggal dunia akibat Covid-19 ini. Kondisi ini perlu kita letakkan simpati kemanusiaan sebagai bagian dari jiwa ruh keislaman. Bukan sesuatu yang praktis dan pragmatis,”"tegas Haedar.

Selanjutnya, Haedar menjelaskan bahwa Haedar Muhammadiyah akan terus konsisten melawan Covid-19 sebagai wujud nyata dari nilai-nilai kemanusiaan. Strategi Muhammadiyah menghadapi pandemi Corona dimulai dari kesiapan fasilitas kesehatan, eksekusi di lapangan, dan bimbingan keagamaan. Para dokter dan tenaga medis memberikan edukasi dan informasi, para relawan terjun ke gelanggang, para ulama memayunginya dengan fatwa. Kolaborasi ini telah menandai sebuah transisi dramatis di mana masing-masing elemen Muhammadiyah saling bekerjasama membidik satu musuh yang sama: Covid-19.(ilham/muhammadiyah/bh/sya)


 
Berita Terkait Islam
 
Sejarah Kuil Rama di Ayodhya Dibangun Setelah Umat Hindu Merobohkan Masjid Berusia 500 Tahun
 
Forum Umat Islam Bersatu Laporkan Zulkifli Hasan ke Bareskrim Polri
 
Pembakaran Al Quran di Swedia, Legislator Ingatkan: Ini Bisa Melukai Hati Umat Islam Sedunia
 
LDII Sebut Muhammadiyah Kakak Tertua
 
Haedar : Amaliyah Islam Membawa Kemajuan dan Melahirkan Madinah Al Munawaroh
 
Untitled Document

 Beranda | Berita Utama | White Crime | Lingkungan | EkBis | Cyber Crime | Peradilan | Pidana | Perdata | Pledoi | Politik | Legislatif | Eksekutif | Selebriti | Pemilu | Nusantara | Internasional | ResKrim | Gaya Hidup | Opini Hukum | Profil | Editorial | Index


  Berita Terkini >>
 
Mengapa Dulu Saya Bela Jokowi Lalu Mengkritisi?
5 Oknum Anggota Polri Ditangkap di Depok, Diduga Konsumsi Sabu
Mardani: Hak Angket Pemilu 2024 Bakal Bikin Rezim Tak Bisa Tidur
Hasto Ungkap Pertimbangan PDIP untuk Ajukan Hak Angket
Beredar 'Bocoran' Putusan Pilpres di Medsos, MK: Bukan dari Kami
Pengemudi Mobil Plat TNI Palsu Cekcok dengan Pengendara Lain Jadi Tersangka Pasal 263 KUHP
Untitled Document

  Berita Utama >
   
Mengapa Dulu Saya Bela Jokowi Lalu Mengkritisi?
Mudik Lebaran 2024, Korlantas: 429 Orang Meninggal Akibat Kecelakaan
Kapan Idul Fitri 2024? Muhammadiyah Tetapkan 1 Syawal 10 April, Ini Versi NU dan Pemerintah
Refly Harun: 6 Ahli yang Disodorkan Pihak Terkait di MK Rontok Semua
PKB soal AHY Sebut Hancur di Koalisi Anies: Salah Analisa, Kaget Masuk Kabinet
Sampaikan Suara yang Tak Sanggup Disuarakan, Luluk Hamidah Dukung Hak Angket Pemilu
Untitled Document

Beranda | Tentang Kami | Hubungi | Redaksi | Partners | Info Iklan | Disclaimer

Copyright2011 @ BeritaHUKUM.com
[ View Desktop Version ]