Beranda | Berita Utama | White Crime | Lingkungan | EkBis | Cyber Crime | Peradilan | Pidana | Perdata | Politik | Legislatif | Eksekutif | Selebriti | Pemilu | Nusantara | Internasional | ResKrim | Gaya Hidup | Opini Hukum | Profil | Editorial | Index

Nusantara    
 
Islam
Haedar : Amaliyah Islam Membawa Kemajuan dan Melahirkan Madinah Al Munawaroh
2022-07-13 00:39:34

GRESIK, Berita HUKUM - Banyak contoh dari gerakan Muhammadiyah di mana amaliyah Islam itu membawa kemajuan peradaban yang disebut melahirkan Madinah al Munawaroh (Kota yang bercahaya) di Indonesia. Namun, menurut Haedar Nashir, Ketua Umum Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah kita belum sampai ke sana. Mengapa?


Ada beberapa hal yang disebut Haedar. Pertama, kita merasakan jumlah mayoritas muslim di negeri ini itu alhamdulillah kalau kegiatan ibadah mahdohnya masih luar biasa tetapi kita masih tertinggal dalam hal ekonomi. Ini menunjukkan piramida yang masih terbalik, padahal kalau ekonomi kita lemah kita secara ekonomi juga tidak akan kuat. Bahkan kecenderungan kalau ekonomi lemah tidak di backup dengan keimanan yang kuat menjadi tangan di bawah.

“Kita bangun kehidupan umat itu dalam muamalah duniawiyahnya semakin baik, untuk Gresik saya pikir amal-amal usaha kita juga harus diperkuat untuk pemberdayaan ekonomi masyarakat dan umat kita,” terangnya.

Kedua, penguasaan iptek kita masih terus berjuang, karena human development indeks maupun tingkat daya saing kita masih di nomer 6 dan 7 di bawah negara-negara ASEAN. Bukan karena orang Indonesia dan anak-anak Indonesia tidak punya potensi untuk maju dan bersaing , boleh jadi karena kebijakan pendidikan kita gonta ganti tapi tidak berkesinambungan yang membuat kita makin maju dan berkualitas atau karena ada kecenderungan lain yang membuat bangsa dan umat menjadi umat dan bangsa yang bisa bersaing. Tugas kita umat Islam yang harus membawa kemajuan itu, maka jadikan masjid pun sebagai pusat kemajuan membangun khairu ummah.

Ketiga, tugas bersama untuk membangun kekuatan ukhuwah baik sesama kaum muslim atau sesama anak keluarga besar bangsa. “Bangsa yang besar itu ketika dia pecah akhirnya jatuh. Kita mengenal dulu Yugoslavia, terutama untuk generasi kita ya, 50 tahun ke atas, dulu Yugoslavia itu terkenal sekali. Di zaman Bung Karno itu bahkan menjadi dua kawan seiring sebagai penggerak negara-negara non blok, tetapi sekarang tinggal namanya pun mungkin tidak dikenal orang. Bahkan dulu Uni Soviet itu pecah menjadi 16 negara yang tinggal Rusia, biarpun Rusia tetap menjadi negara terbesar di dunia,” kisahnya.

“Intinya adalah bahwa kita akan menjadi negara maju, umat Islam akan menjadi khairu ummah jika kita ini punya kekuatan dalam perbedaan kita harus bisa membangun umat ini menjadi khairu ummah. Kadang kita ini masih belum bisa ke situ, perbedaan sesama muslim saja keras sekali. Sampai menerima tamu yang berbeda paham dan mazhab saja itu sering jadi masalah, padahal silaturahmi kan baik belum tentu kita sepaham. Tetapi bagaimana bila sesama umat Islam, kita bertemu saja itu menjadi masalah dalam kehidupan kita. Bagaimana kita berbagi pandangan agar pandangan kita semakin dekat kepada Islam yang dipahami bersama. Apalagi untuk hal-hal lain, ini penting untuk ajari bagaimana kita bisa berukhuwah bersatu dalam keberagaman tetapi juga keberagaman ini melahirkan sikap tawasuth, tawazun bahkan juga tasamuh. Biarpun beragam ya saling toleran, saling tengahan, kemudian juga saling menghargai satu sama lain. Karena apa? banyak pekerjaan berat kita untuk mengantarkan Islam dan peradaban Islam itu yang jauh lebih besar yang harus kita pikul bersama ketimbang perbedaan-perbedaan yang hidup di tengah kita,” papar Haedar.

Haedar berharap semua pihak, termasuk Pemerintah bisa arif bijaksana dalam menghadapi dan mengelola perbedaan ini. Yang terakhir, kita bisa sampai pada Madinah al Munawaroh jika kita punya proyeksi untuk membangun peradaban ini dengan pusat-pusat kemajuan.

“Alhamdulillah sekolah-sekolah kita ini mampu menjadi sekolah yang unggul, baik, dan menjadi contoh. Ini penting bagi kita Muhammadiyah,” ungkapnya.

“Saatnya kita membangun pusat-pusat amal usaha berkemajuan dan unggul karena kemajuan peradaban juga ditopang oleh pusat-pusat keunggulan,” pungkasnya.(muhammadiyah/bh/sya)


 
Berita Terkait Islam
 
Sejarah Kuil Rama di Ayodhya Dibangun Setelah Umat Hindu Merobohkan Masjid Berusia 500 Tahun
 
Forum Umat Islam Bersatu Laporkan Zulkifli Hasan ke Bareskrim Polri
 
Pembakaran Al Quran di Swedia, Legislator Ingatkan: Ini Bisa Melukai Hati Umat Islam Sedunia
 
LDII Sebut Muhammadiyah Kakak Tertua
 
Haedar : Amaliyah Islam Membawa Kemajuan dan Melahirkan Madinah Al Munawaroh
 
Untitled Document

 Beranda | Berita Utama | White Crime | Lingkungan | EkBis | Cyber Crime | Peradilan | Pidana | Perdata | Pledoi | Politik | Legislatif | Eksekutif | Selebriti | Pemilu | Nusantara | Internasional | ResKrim | Gaya Hidup | Opini Hukum | Profil | Editorial | Index


  Berita Terkini >>
 
Apresiasi Menlu RI Tidak Akan Normalisasi Hubungan dengan Israel
Selain Megawati, Habib Rizieq dan Din Syamsuddin Juga Ajukan Amicus Curiae
TNI-Polri Mulai Kerahkan Pasukan, OPM: Paniai Kini Jadi Zona Perang
RUU Perampasan Aset Sangat Penting sebagai Instrument Hukum 'Palu Godam' Pemberantasan Korupsi
Mudik Lebaran 2024, Korlantas: 429 Orang Meninggal Akibat Kecelakaan
Di Depan Jokowi, Khatib Masjid Istiqlal Ceramah soal Perubahan
Untitled Document

  Berita Utama >
   
Mudik Lebaran 2024, Korlantas: 429 Orang Meninggal Akibat Kecelakaan
Kapan Idul Fitri 2024? Muhammadiyah Tetapkan 1 Syawal 10 April, Ini Versi NU dan Pemerintah
Refly Harun: 6 Ahli yang Disodorkan Pihak Terkait di MK Rontok Semua
PKB soal AHY Sebut Hancur di Koalisi Anies: Salah Analisa, Kaget Masuk Kabinet
Sampaikan Suara yang Tak Sanggup Disuarakan, Luluk Hamidah Dukung Hak Angket Pemilu
Dukung Hak Angket 'Kecurangan Pemilu', HNW: Itu Hak DPR yang Diberikan oleh Konstitusi
Untitled Document

Beranda | Tentang Kami | Hubungi | Redaksi | Partners | Info Iklan | Disclaimer

Copyright2011 @ BeritaHUKUM.com
[ View Desktop Version ]