KARO-Upaya sebuah perusahaan air minum kemasan untuk menguasai lahan sumber mata air, tak berhasil. Pasalnya, warga desa di Kabupaten Karo, Sumatera Utara (Sumut) menolak tawaran tersebut. Sumber mata air lebih penting ketimbang uang.
Sumber mata air yang disebut berada di Lau Runduk, di Desa Kebayaken, Kecamatan Naman Teran, Karo, Sumut. Dari Medan jaraknya sekitar 80 kilometer. Airnya yang jernih dan dingin, bersumber dari hutan Deleng Simacik yang ada di desa tersebut.
Salah seorang warga Desa Kebayaken, Bokti Tarigan (40), seperti dikutip detikcom, mengatakan, sekitar empat tahun yang lalu, ada perusahaan air minum dalam kemasan yang terkenal mendatangi sumber mata air itu. Rencananya mereka ingin membeli lahan yang ada sumber mata air tersebut.
"Tapi kita tolak. Sebab kalau mereka membeli sumber mata air ini, maka semuanya dikuasai. Kita tidak bisa apa-apa lagi. Bisa jadi untuk memenuhi kebutuhan sendiri kita malah membeli air dari mereka," kata Bokti, Senin (1/8).
Sumber mata air Lau Runduk, kata Bokti, tidak sekedar menjadi sumber mata air, melainkan juga tempat masyarakat sekitar sering melakukan kegiatan mandi khusus, yakni mandi yang berkaitan dengan upaya kesehatan dan kepercayaan setempat.
Mata air Lau Runduk memang cukup menarik bagi perusahaan air minum karena kualitas airnya yang baik. Debit airnya pun terbilang besar, sekitar enam liter per detik. Aliran dari mata air ini menjadi salah satu sumber Daerah Aliran Sungai (DAS) Wampu.
"Mata air ini merupakan sumber penghidupan di desa, walau berada di lahan saya, saya tidak mau menjualnya. Biarlah ini menjadi sumber air bagi warga, termasuk untuk pertanian," kata Bokti.
Penolakan pembelian lahan sumber mata air itu, ujar Bokti, merupakan salah satu upaya warga desa untuk mempertahankan sumber daya alam yang ada. Mereka terus berupaya menjaganya dengan bekal kearifan lokal dalam mengelola lingkungan.(biz)
|