JAKARTA, Berita HUKUM - “Korupsi menjadi budaya pada saat kita dapat menerima bahwa begitulah dunia hidup kita.” Demikian diungkapkan Meuthia Ganie Rochman dalam acara “Bedah Buku dan Perpustakaan Award 2015” yang diselenggarakan pada Jumat (10/4) lalu di Gedung Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), Jakarta.
Meuthia merupakan seorang pakar sosiologi dari Universitas Indonesia sekaligus penulis buku “Sosiologi Korupsi; Isu, Konsep dan Perdebatan”. Dalam bukunya, ia menulis fenomena korupsi melalui pendekatan sistematik dan sosiologis. Ini merupakan pendekatan baru dalam melihat fenomena korupsi.
Menurut Meuthia dalam bukunya, ada empat perspektif yang ditawarkan dalam melihat fenomena korupsi, yakni perspektif legal, politik, ekonomi, dan kultural. “Masing-masing perspektif ini memiliki kekhasannya sendiri, terutama dalam melihat isu pokok, aktor representasi sosial, ruang lingkup, dan konsep utama,” katanya.
Peraih gelar philosophy of doctor (Ph.D) dari Universitas Nijmegen, Belanda ini mengungkapkan persoalan menarik bahwa pada kenyataannya sulit bagi kita mengenali apakah suatu tindakan termasuk korupsi.
“Hal ini menjadi sulit lagi karena masalah korupsi kenyataannya tidak terlepas dari masalah kultural,” katanya.
Sementara itu, menurut Kepala Bagian Pelayanan Informasi dan Komunikasi Publik (PIKP) KPK Yuyuk Andriati Iskak, selain bedah buku, KPK juga menggelar Perpustakaan Award untuk pertama kalinya. “Ini merupakan sebuah ajang untuk memberikan penghargaan kepada penyumbang buku dan peminjam buku terbanyak di Perpustakaan KPK,” katanya.
Kali ini, kategori penyumbang buku terbanyak, dimenangkan oleh Freddy Reynaldo Hutagaol sedangkan peminjam buku terbanyak dimenangkan oleh Arend Arthur.(kpk/bh/sya) |