Beranda | Berita Utama | White Crime | Lingkungan | EkBis | Cyber Crime | Peradilan | Pidana | Perdata | Politik | Legislatif | Eksekutif | Selebriti | Pemilu | Nusantara | Internasional | ResKrim | Gaya Hidup | Opini Hukum | Profil | Editorial | Index

Politik    
 
Beras
Indonesia Impor Beras adalah Bukti Jokowi Gagal Muliakan Petani
2018-08-30 19:14:32

JAKARTA, Berita HUKUM - Kebijakan impor beras hingga 2 juta ton bukan hanya pengingkaran atas janji kampanye Joko Widodo-Jusuf Kalla pada 2014 lalu, namun juga kesemrawutan data stok beras seperti yang diakui menjadi bukti buruknya kinerja pemerintah.

Pengamat politik Jajat Nurjaman mengatakan, jika kesemrawutan data dijadikan alasan untuk melakukan impor maka pemerintah jelas sudah melakukan pembohongan publik dengan menyatakan jika stok beras tahun 2018 mengalami surplus.

"Jangan-jangan impor dua juta ton beras memang sengaja dilakukan agar ada pihak yang diuntungkan, mengingat jumlahnya cukup signifikan," ujarnya kepada redaksi, Kamis (30/8).

Menurut Jajat, impor bahan pangan hingga saat ini masih menjadi isu penting dalam setiap peralihan kekuasaan. Citra baik yang selama ini dibangun pemerintah justru rusak akibat kinerja menterinya sendiri yang tidak profesional.

Mengingat saat ini sudah masuk tahun politik, maka untuk menghindari dampak lebih jauh sepatutnya Jokowi segera mengevaluasi kinerja para menterinya yang sudah memberikan preseden buruk kepada pemerintah.

"Kebijakan mengimpor dua juta ton beras seperti menjadi antitesa atas berbagai kebijakan Jokowi yang gagal mengembangkan kebijakan mencetak lahan pertanian baru dan janji memuliakan petani. Untuk itu, jika ke depan tidak ingin terus dibohongi program janji politik dari calon penguasa sebaiknya rakyat harus bisa kritis dalam menilai berbagai solusi yang ditawarkan para kandidat," imbuh Jajat yang juga direktur eksekutif Nurjaman Center for Indonesian Democracy (NCID).(wah/rmol/bh/sya)



 
Berita Terkait Beras
 
Pemerintah Siap Tambah Impor Beras 1,6 Juta Ton, Total Jadi 3,6 Juta Ton
 
Harga Beras Naik 'Tertinggi dalam Sejarah' - 'Ini Sangat Tidak Masuk Akal karena Kita Negara Agraris'
 
Beras Langka Jelang Ramadhan, Legislator Ingatkan Pemerintah
 
Pemerintah Potensi Impor 5 Juta Ton Beras, Komisi IV Soroti Tajam Keberpihakan Terhadap Nasib Petani
 
Polemik Data Beras, Komunikasi Publik Antar 'Stakeholder' Pemerintah Harus Terbangun Baik
 
Untitled Document

 Beranda | Berita Utama | White Crime | Lingkungan | EkBis | Cyber Crime | Peradilan | Pidana | Perdata | Pledoi | Politik | Legislatif | Eksekutif | Selebriti | Pemilu | Nusantara | Internasional | ResKrim | Gaya Hidup | Opini Hukum | Profil | Editorial | Index


  Berita Terkini >>
 
Mengapa Dulu Saya Bela Jokowi Lalu Mengkritisi?
5 Oknum Anggota Polri Ditangkap di Depok, Diduga Konsumsi Sabu
Mardani: Hak Angket Pemilu 2024 Bakal Bikin Rezim Tak Bisa Tidur
Hasto Ungkap Pertimbangan PDIP untuk Ajukan Hak Angket
Beredar 'Bocoran' Putusan Pilpres di Medsos, MK: Bukan dari Kami
Pengemudi Mobil Plat TNI Palsu Cekcok dengan Pengendara Lain Jadi Tersangka Pasal 263 KUHP
Untitled Document

  Berita Utama >
   
Mengapa Dulu Saya Bela Jokowi Lalu Mengkritisi?
Mudik Lebaran 2024, Korlantas: 429 Orang Meninggal Akibat Kecelakaan
Kapan Idul Fitri 2024? Muhammadiyah Tetapkan 1 Syawal 10 April, Ini Versi NU dan Pemerintah
Refly Harun: 6 Ahli yang Disodorkan Pihak Terkait di MK Rontok Semua
PKB soal AHY Sebut Hancur di Koalisi Anies: Salah Analisa, Kaget Masuk Kabinet
Sampaikan Suara yang Tak Sanggup Disuarakan, Luluk Hamidah Dukung Hak Angket Pemilu
Untitled Document

Beranda | Tentang Kami | Hubungi | Redaksi | Partners | Info Iklan | Disclaimer

Copyright2011 @ BeritaHUKUM.com
[ View Desktop Version ]